Finding Peace Through Self-Acceptance
March 07, 2017
Remember,
Compassion begins with kindness to yourself. Make a piece of mind a priority. Take time for yourself. Learn to disarm your internal critic by accepting who you are today.
Manusia itu kadang selalu berfikir tentang kelemahan yang ia miliki dalam hidupnya. Mereka selalu mencari-cari celah dari kesalahan yang dimiliki oleh diri sendiri, bahkan orang lain. Terkadang demi bisa membuat dirinya lebih come up dengan sesuatu yang luar biasa, mereka tak segan untuk selalu meninggikan ego, hanya agar bisa dianggap bahwa dirinya itu berhak mendapat segala sesuatunya di dunia ini. Padahal sebenarnya, apa yang mereka yakini sebagai anggapan yang normal itu belum tentu sebuah anggapan yang literally bisa dibilang sebagai suatu anggapan professionalism dari seorang makhluk hidup yang sudah diciptakan sempurna oleh Yang Maha Kuasa. Mengapa? Karena disamping kelemahan yang melekat di diri setiap manusia, disanalah juga terselip sebuah kelebihan yang mungkin selama ini sama sekali tidak kita sadari. Dan sebagai manusia, terkadang kita sama sekali tidak aware terhadap hal-hal yang bersifat demikian. Karena apa? Kita terlalu sibuk mengurusi hal-hal yang berkenaan dengan setiap kelemahan yang dimiliki setiap manusia, tanpa bersyukur sedikit pun atas apa yang sudah diberikan Yang Maha Kuasa untuk makhluk seperti kita agar bisa hidup dalam planet yang sungguh luar biasa ini.
Sebagai manusia, kita seharusnya bisa bersyukur, karena kita sudah bisa mendapatkan oksigen secara gratis tanpa berbayar, berbeda seperti sandang pangan yang tidak selalu murah ataupun tarif kendaraan umum yang selalu berbayar, yang membuat kita selalu gerah hati, dan membuat emosi setiap tahunnya, mungkin juga setiap bulannya, bahkan hari-harinya. Memang benar adanya, bahwa hidup itu kadang kita dibawah, kadang juga kita diatas. Karena, hidup itu selalu mengejutkan. Tanpa kita sadari, takdir hidup sudah menentukan nasib kita sebagai makhluk planet di dunia ini. Jadi jangan heran jika suatu saat kita terjatuh dalam kondisi ataupun keadaan yang sama sekali tak kita harapkan dalam masing-masing hidup kita. Karena itu semua sudah ada rulesnya, tidak akan pernah ada celah bagi kita untuk membantah, ataupun protes. Karena jika takdir sudah berbicara, ada hak apa kita untuk mencela takdir?
Jadi, be patient with your stumbling. Karena bisa jadi, itu bisa mengangkat derajatmu menjadi lebih baik dari yang kalian harapkan sebelumnya. Meskipun, itu merupakan sebuah tamparan keras yang harus kita aware. And we don’t need to dwell on past mistakes, we don’t need to. Jika kita masih bisa berusaha untuk memperbaiki all of those mistakes, kenapa tidak? Mistakes make us human. Failures help us grow. Hope keeps us going. Takdir akan bergerak sesuai sikap kita sendiri, as long as kita selalu sadar kalau kita masih mempunyai banyak chances yang masih sangat bisa digunakan sebagai alternative untuk tujuan memperbaiki diri dari segala kesalahan-kesalahan yang telah lalu. So, we have to be able forgive our self and we have to move on, with a positive eye toward the future. And it is very important to develop our self-awareness as a foundation from which we can genuinely understand and empathize with others.
Compassion begins with kindness to yourself. Make a piece of mind a priority. Take time for yourself. Learn to disarm your internal critic by accepting who you are today.
Manusia itu kadang selalu berfikir tentang kelemahan yang ia miliki dalam hidupnya. Mereka selalu mencari-cari celah dari kesalahan yang dimiliki oleh diri sendiri, bahkan orang lain. Terkadang demi bisa membuat dirinya lebih come up dengan sesuatu yang luar biasa, mereka tak segan untuk selalu meninggikan ego, hanya agar bisa dianggap bahwa dirinya itu berhak mendapat segala sesuatunya di dunia ini. Padahal sebenarnya, apa yang mereka yakini sebagai anggapan yang normal itu belum tentu sebuah anggapan yang literally bisa dibilang sebagai suatu anggapan professionalism dari seorang makhluk hidup yang sudah diciptakan sempurna oleh Yang Maha Kuasa. Mengapa? Karena disamping kelemahan yang melekat di diri setiap manusia, disanalah juga terselip sebuah kelebihan yang mungkin selama ini sama sekali tidak kita sadari. Dan sebagai manusia, terkadang kita sama sekali tidak aware terhadap hal-hal yang bersifat demikian. Karena apa? Kita terlalu sibuk mengurusi hal-hal yang berkenaan dengan setiap kelemahan yang dimiliki setiap manusia, tanpa bersyukur sedikit pun atas apa yang sudah diberikan Yang Maha Kuasa untuk makhluk seperti kita agar bisa hidup dalam planet yang sungguh luar biasa ini.
Sebagai manusia, kita seharusnya bisa bersyukur, karena kita sudah bisa mendapatkan oksigen secara gratis tanpa berbayar, berbeda seperti sandang pangan yang tidak selalu murah ataupun tarif kendaraan umum yang selalu berbayar, yang membuat kita selalu gerah hati, dan membuat emosi setiap tahunnya, mungkin juga setiap bulannya, bahkan hari-harinya. Memang benar adanya, bahwa hidup itu kadang kita dibawah, kadang juga kita diatas. Karena, hidup itu selalu mengejutkan. Tanpa kita sadari, takdir hidup sudah menentukan nasib kita sebagai makhluk planet di dunia ini. Jadi jangan heran jika suatu saat kita terjatuh dalam kondisi ataupun keadaan yang sama sekali tak kita harapkan dalam masing-masing hidup kita. Karena itu semua sudah ada rulesnya, tidak akan pernah ada celah bagi kita untuk membantah, ataupun protes. Karena jika takdir sudah berbicara, ada hak apa kita untuk mencela takdir?
Jadi, be patient with your stumbling. Karena bisa jadi, itu bisa mengangkat derajatmu menjadi lebih baik dari yang kalian harapkan sebelumnya. Meskipun, itu merupakan sebuah tamparan keras yang harus kita aware. And we don’t need to dwell on past mistakes, we don’t need to. Jika kita masih bisa berusaha untuk memperbaiki all of those mistakes, kenapa tidak? Mistakes make us human. Failures help us grow. Hope keeps us going. Takdir akan bergerak sesuai sikap kita sendiri, as long as kita selalu sadar kalau kita masih mempunyai banyak chances yang masih sangat bisa digunakan sebagai alternative untuk tujuan memperbaiki diri dari segala kesalahan-kesalahan yang telah lalu. So, we have to be able forgive our self and we have to move on, with a positive eye toward the future. And it is very important to develop our self-awareness as a foundation from which we can genuinely understand and empathize with others.
0 komentar